~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
A.
Sobana Hardjasaputra[2]
Kajian mengenai pembentukan
Kabupaten Ciamis merupakan per-masalahan sejarah. Oleh karena itu, untuk
memahami pembentukan kabupaten tersebut dan mengetahui hari jadinya, perlu
diketahui latar belakangnya. Pemahaman akan latar belakang itu penting, karena
sejarah dalam arti peristiwa di masa lampau (history as past
actuality) adalah suatu proses yang menyangkut masalah kausalitas atau keterkaitan
antara satu peristiwa dengan peristiwa lain.
Latar Belakang
Kabupaten Ciamis merupakan kelanjutan
dari Kabupaten Galuh dan Kabupaten Galuh merupakan penerus Kerajaan Galuh. Sumber-sumber
sejarah yang akurat menyatakan bahwa Kerajaan Galuh berdiri pada awal abad ke-7
Masehi, didirikan oleh Wretikandayun yang semula menjadi penguasa daerah Kendan
(daerah Nagreg sekarang). Ia menjadi Raja Galuh pertama tahun 612-702.
Eksistensi Kerajaan Galuh
berlangsung dalam waktu sangat lama, hampir 10 abad. Ketika Kerajaan Mataram
diperintah oleh Sutawijaya alias Panembahan Senapati (1586-1601), Mataram melakukan
invasi ke Galuh, sehingga Kerajaan Galuh jatuh ke dalam kekuasaan Mataram.
Peristiwa itu terjadi pada tahun 1595. Kekuasaan Mataram atas Galuh makin kuat ketika Mataram diperintah oleh
Sultan Agung (1613-1645). Pada awal pemerintahannya, Sultan Agung
mengangkat Adipati Panaekan (raja Galuh terakhir), menjadi bupati vazal Mataram
dengan kedudukan sebagai Wedana Bupati (bupati sebagai pemimpin kepala-kepala
daerah setempat). Berarti sejak Adipati Panaekan menjadi Wedana Bupati,
Kerajaan Galuh berubah statusnya menjadi Kabupaten Galuh.
Adipati
Panaekan menjadi Bupati Galuh sampai tahun 1625. Kedudukannya sebagai Bupati
Galuh digantikan oleh putranya bernama Dipati Imbanagara yang berkedudukan di
Garatengah (sekarang Cineam). Oleh karena itu, ibukota Kabupaten Galuh pindah
dari Bojong Galuh ke Garatengah. Beberapa waktu kemudian Dipati Imbanagara
memindahkan ibukota kabupaten ke Calingcing. Tidak lama kemudian, ibukota
kabupaten pindah lagi ke Barunay (sekarang Imbanagara). Peristiwa yang disebut
terakhir terjadi tanggal 14 Mulud tahun
He (12 Juni 1642). Pada masa pemerintahan Bupati Raden Panji Aria
Jayanagara, pengganti Dipati Imbanagara, wilayah Kabupaten Galuh bertambah luas
akibat kabupaten-kabupaten di sekitar Galuh, seperti Kertabumi, Utama, Kawasen,
Kawali, dan Panjalu, dihapuskan. Daerah-daerah itu masuk ke dalam wilayah
Kabupaten Galuh.
Kabupaten
Galuh menjadi kabupaten vazal Mataram sampai Oktober 1705. Melalui perjanjian
Mataram-Kompeni tanggal 5 Oktober 1705 wilayah Priangan Timur termasuk Galuh,
juga Cirebon dikuasai oleh Kompeni, aparat VOC (Vereenigde Oost-Indische
Compagnie/Perusahaan Dagang Belanda di Hindia Timur).
PERUBAHAN NAMA KABUPATEN: Galuh Menjadi Ciamis
Setelah
kekuasaan Kompeni di Nusantara berakhir akibat VOC bangkrut (31 Desember 1799),
di wilayah Nusantara berlangsung Pemerintahan Hindia Belanda dimulai oleh pemerintahan
Gubernur Jenderal H.W. Daendels (1808-1811). Ia mengakui keberadaan
kabupaten-kabupaten di Pulau Jawa. Dalam upaya menjalankan pemerintahan
sentralistis, ia membagi Pulau Jawa menjadi 9 wilayah yang disebut prefectures (wilayah administratif
setingkat keresidenan), dua di antaranya adalah Priangan dan Cirebon. Tiap
wilayah diperintah oleh seorang prefect
(residen). Daendels menggabungkan Kabupaten Galuh ke dalam wilayah Keresidenan
Cirebon. Kondisi yang disebut terakhir berlangsung sampai tahun 1915.
Berdasarkan
besluit (surat keputusan) Gubernur
Jenderal Hindia Belanda (A.F.W. Idenburg) tanggal 25 November 1915 No. 58,
Kabupaten Galuh dikeluarkan dari wilayah Keresidenan Cirebon dan digabungkan ke
dalam lingkungan Keresidenan Priangan Timur yang beribukota di Tasikmalaya.
Waktu itu yang menjadi Bupati Galuh adalah R.A.A. Sastrawinata (1914-1936). Masih
dalam tahun 1915 Bupati Galuh R.A.A. Sastrawinata mengubah nama kabupaten
menjadi Kabupaten Ciamis. Perubahan itu juga ditetapkan dalam besluit tersebut di atas.
HARI JADI KABUPATEN CIAMIS
Telah diketahui secara umum,
khususnya oleh warga masyarakat Ciamis, sejak tahun 1972 tanggal yang
ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Ciamis adalah 12 Juni, mengacu pada peristiwa
pindahnya ibukota Kabupaten Galuh dari Calingcing ke Barunay (sekarang
Imbanagara) pada tanggal 14 Mulud tahun
He (12 Juni 1642). Penetapan tanggal 12 Juni (1642) sebagai Hari Jadi
Kabupaten Ciamis dituangkan dalam Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Ciamis tanggal 17 Mei 1972 Nomor:22/V/KPTS/DPRD/1972.
Dari
segi metodologi sejarah, penetapan tanggal tersebut sebagai Hari Jadi Kabupaten
Ciamis, tidak rasional bahkan salah, karena tidak sesuai dengan konteks
masalahnya. Tanggal 12 Juni 1642 bukan fakta berdirinya Kabupaten Galuh dan
bukan pula fakta perubahan nama Kabupaten Galuh menjadi Kabupaten Ciamis. Dalam
ilmu sejarah, hal itu merupakan kesalahan verifikasi (pembuktian) atau
kesalahan interpretasi atas fakta yang diperoleh.
Uraian latar belakang menunjukkan bahwa Kabupaten Galuh dibentuk
oleh Sultan Agung Raja Mataram (1613-1645) pada awal pemerintahannya, ditandai
oleh pengangkatan Adipati Panaekan menjadi Wedana Bupati Galuh. Eksistensi
Kabupaten Galuh berlangsung sampai tahun 1915. Pada tahun itu nama kabupaten
diubah menjadi Kabupaten Ciamis. Dengan demikian, Kabupaten Galuh merupakan cikal-bakal Kabupaten Ciamis.
Berdasarkan
metodologi sejarah, seharusnya kedua peristiwa tersebut dijadikan alternatif
pilihan untuk menetapkan hari jadi Kabupaten Ciamis. Penjelasannya adalah
sebagai berikut.
w Alternatif I
Bila
Kabupaten Galuh sebagai cikal-bakal Kabupaten Ciamis dijadikan dasar, maka hari jadi Kabupaten Ciamis seharusnya
mengacu pada pembentukan atau berdirinya
Kabupaten Galuh. Seperti telah disebutkan, pembentukan Kabupaten Galuh dilakukan oleh Sultan Agung Raja
Mataram (1613-1645) pada awal pemerintahannya,
ditandai oleh pengangkatan Adipati Panaekan menjadi Wedana Bupati Galuh. Pengangkatan seseorang oleh Raja Mataram
menjadi bupati biasanya dinyatakan
dalam dokumen berupa piagem (piagam).
Contoh, pengangkatan Ki
Wirawangsa menjadi Bupati Sukapura dengan gelar Tumenggung Wiradadaha, dinyatakan dalam piagem bertanggal 9
Muharam taun Jimakhir (26 Juli
1632). Mungkin piagem pengangkatan
Adipati Panaekan menjadi Wedana
Bupati Galuh dibuat pada tahun 1613.
w Alternatif II
Bila
perubahan nama Kabupaten Galuh menjadi Kabupaten Ciamis dijadikan dasar, maka hari jadi Kabupaten
Ciamis tentu harus mengacu pada tanggal penetapan
nama kabupaten, yaitu 25 November 1915.
Seharusnya,
kedua alternatif itulah yang menjadi dasar pilihan untuk menentukan tanggal
yang tepat atau memadai sebagai Hari Jadi Kabupaten Ciamis. Bila alternatif I
yang dipilih, tindaklanjutnya adalah mencari sumber-sumber akurat yang memuat
informasi tanggal piagem pengangkatan
Adipati Panaekan menjadi Wedana Bupati Galuh. Bila alternatif II yang dipilih,
dari segi metodologi sejarah, tanggal 25 November 1915 memadai untuk dipilih
dan ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Ciamis.
Alternatif
mana yang harus dipilih, tergantung dari pertimbangannya. Berdasarkan
penjelasan tersebut, saya merasa yakin para pembaca tulisan ini akan memahami
kesalahan tanggal 12 Juni 1642 dianggap sebagai hari jadi Kabupaten Ciamis.
PENUTUP
Fakta
tentang pembentukan Kabupaten Galuh dan perubahan nama Kabupaten Galuh menjadi
Kabupaten Ciamis adalah fakta kuat (hard
facts), karena berasal dari sumber akurat. Berarti fakta itu validitasnya
dapat dipertanggungjawabkan. Demi kebanaran atau objektivitas sejarah, kedua
fakta itu harus diakui, meskipun fakta itu berasal dari pihak penjajah.
Oleh karena itu, salah
satu alternatif tersebut seharusnya dipilih sebagai dasar penetapan Hari Jadi
Kabupaten Ciamis, karena – seperti telah disebutkan – 12 Juni 1642 bukan
tanggal berdirinya Kabupaten Galuh dan bukan pula tanggal mulai adanya bentuk
pemerintahan dengan nama Kabupaten Ciamis.
Masalah
tersebut seyogyanya dipahami pula oleh pimpinan Unigal, khususnya pimpinan FKIP
Unigal yang memiliki Prodi Sejarah. Kemudian secara kelembagaan mengadakan
pendelatan pada DPRD Kabupaten Ciamis, untuk mengingatkan sekaligus
menjelaskan, bahwa penetapan tanggal 12 Juni 1642 sebagai Hari Jadi Kabupaten
Ciamis adalah salah. Tindak
lanjutnya, Prodi Sejarah FKIP Unigal bekerjasama dengan pihak DPRD Kabupaten
Ciamis mengakji ulang Hari Jadi Kabupaten Ciamis sampai diperoleh keputusan,
alternatif mana yang akan dipilih sebagai dasar penetapan Hari Jadi Kabupaten
Ciamis, mengganti tanggal 12 Juni 1642. Upaya itu merupakan salah satu
manifestasi dari fungsi dan peranan Prodi Sejarah FKIP Unigal dalam penyelenggaraan
pendidikan sejarah.
Pendekatan
dari lembaga pendidikan tinggi yang berorientasi pada studi sejarah ke DPRD
Kabupaten Ciamis adalah penting, karena upaya secara individu seperti yang
telah saya lakukan belum berhasil. Beberapa tahun yang lalu saya membuat
tulisan berjudul ”Hari Jadi Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya Perlu
Dikajiulang”. Tulisan itu dimuat dalam surat kabar Pikiran Rakyat dan Priangan.
Namun tulisan itu
tidak mendapat perhatian atau respon dari pihak DPRD/Pemda Kabupaten Ciamis.
Oleh karena itu pada tempatnya apabila Prodi Sejarah FKIP Unigal mencoba
mengadakan pendekatan ke DPRD Kabupaten Ciamis. Sangat diharapkan upaya itu
berhasil, agar kesalahan menganggap tanggal 12 Juni 1642 sebagai Hari Jadi
Kabupaten Ciamis yang sudah salah kaprah, tidak berkepanjangan.
Mengkaji atau menulis
ulang sejarah, termasuk ”meluruskan” hari jadi kabupaten atau kota, bukan hal
yang tabu, melainkan keharusan karena merupakan tuntutan metodologi sejarah,
demi objektivitas sejarah. Bila tidak, salah kaprah yang berkepanjangan
mengenai hal tersebut, berarti mewarisi generasi penerus dengan sejarah yang
salah. Dalam hal inilah
antara lain pentingnya kita memiliki kesadaran sejarah.
SUMBER ACUAN
Encyclopaedie van
Nederlandsch-Indie. 1919.
2de druk, 3de deel.
’s-Gravenhage: Martinus Nijhoff.
de Haan, F. 1911.
Priangan; De Preanger Regentschappen Onder
het Nederlandsch Bestuur tot 1811. II. Batavia: BGKW.
Hardjasaputra, A. Sobana. 2002.
Perubahan Sosial di Bandung 1808-1906. Disertasi. Depok: Program Pascasarjana Fakultas Sastra UI.
-------. 2003
”Hari Jadi Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya Perlu Dikaji
Ulang”. SK Priangan, Juni 2003.
--------. 2003.
Sejarah
Galuh Abad ke-7 s.d. Pertengahan Abad ke-20. Bandung: Fakultas Sastra Unpad.
-------- dan Haris, Tawalinuddin (eds.). 2011.
Cirebon Dalam Lima Zaman (Abad ke-15 hingga
Pertengahan Abad ke- 20). Bandung:
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat.
Sofiani, Yulia. 2012.
R.A.A.
Kusumadiningrat & R.A.A. Kusumasubrata; Gaya Gidup Bupati-Bupati Galuh
1839-1914. Yogyakarta: Ombak.
Staatsblad van
Nederlandsch Indie, 1915 No. 130. ANRI.
--------. 1915 No. 670. ANRI.
Tim Peneliti Sejarah Galuh. 1972.
Galuh Ciamis dan Tinjauan Sejarah. Ciamis: tp.
BIO DATA
Nama lengkap
|
: Prof. Dr. A. Sobana Hardjasaputra, M.A.
|
Tempat & tgl. lahir
|
: Ciamis, 4 September 1944
|
Alamat
|
: Kompleks Perumahan Mandala, Jl. Mandala II No. 53
|
Terusan Jl.
Jatihandap, Cicaheum, Bandung
40193
|
|
Tlp. (022)
7200330 – HP 0813 2203 2203
|
|
Jabatan
|
Guru Besar Ilmu Sejarah Univ. Padjadjaran
& Univ. Galuh
|
Pendidikan tinggi
|
1. Sarjana Muda Sejarah
(Unpad)
|
2. Sarjana Ilmu
Perpustakaan (UI)
|
|
3. Sarjana Sejarah
(Unpad)
|
|
4. Master Sejarah (UGM
& Monash University Australia)
|
|
5. Doktor Sejarah
(Monash University Australia & UI).
|
|
Profesi
|
: Sejarawan. Pemerhati
masalah sejarah daerah & sosial budaya.
|
Hasil
Penelitian/Karya
|
1. Pemerintahan Daerah Jawa Barat Masa
Revolusi Fisik,
|
Ilmiah, antara lain:
|
1945-1949
(1980).
|
2. Bupati Priangan; Kedudukan dan
Peranannya Pada Abad
|
|
Ke-19 (Tesis, 1985).
|
|
3. Peta
Sosial Budaya Jawa Barat
(1993/1994)
|
|
4. Transportasi Kereta Api di Jawa Barat
dan Pengaruhnya.
|
|
Terhadap Kehidupan Sosial
Ekonomi di Bandung dan
|
|
Sekitarnya,
1884 – 1906 (1996)
|
|
5. Jawa Barat Pasa Masa Pendudukan
Jepang (1997).
|
|
6. Sejarah
Kota Bandung 1810-1906 & 1906-1945 (1999/2000)
|
|
7. Perubahan Sosial di Bandung 1810 –
1906 (Disertasi, 2002).
|
|
8. Sejarah Purwakarta Abad ke-19 – Abad
ke-20 (2003)
|
|
9. Sejarah Tangerang (2004)
|
|
10. Sejarah
Sumedang (2005)
|
|
11. Metode
Penelitian Sejarah (2007)
|
|
12. Teknik Penelitian dan Penulisan Sejarah
(2009/2010)
|
|
13. Sejarah Cirebon Abad XV – Pertengahan
Aabad XX (2011)
|
|
14. Berbagai makalah
tentang sejarah dipresentasikan dalam loka-
|
|
karya, kongres, seminar, dan simposium
(tingkat nasional dan
|
|
internasional)
|
|
15. Artikel-artikel
tentang sejarah dan masalah sosial dalam media
|
|
massa (surat kabar dan majalah/jurnal)
|
|
Pengalaman penelitian
|
- Penelitian sumber sejarah dan
budaya Jawa Barat, di dalam dan di
|
antara lain
|
luar negeri (Belanda, Inggris, Australia).
|
- Penemu Hari Jadi Kota Bandung (25 September 1810)
|
|
- Penemu Hari Jadi Purwakarta (20 Juli 1831)
|
|
- Penemu Hari Jadi Garut (16 Februari 1813)
|
|
Organisasi Profesi
|
- Lembaga Pusat Studi Sunda:
Ketua Bidang Penelitian
|
-
Wargi Galuh Puseur: Ketua Bidang Penelitian
|
|
- Ruwat (Rukun Wargi Tatar) Sunda: Dewan Pakar Sejarah
Budaya
|
Bandung, 25 Maret 2013
Prof. Dr. A. Sobana Hardjasaputra, M.A.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar