ASAL-USUL KABUATEN TASIKMALAYA
DAN KAJIAN HARI JADINYA[1]
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
A.
Sobana Hardjasaputra[2]
PENDAHULUAN
Untuk mengetahui Hari Jadi Kabupaten
Tasikmalaya yang benar menurut fakta sejarah, asal-usul kabupaten itu perlu
dipahami dengan baik. Hal itu disebabkan pembentukan suatu kabupaten adalah
peristiwa sejarah sebagaimana terjadinya (history
as past actuality).
Setelah Kerajaan Sunda (Pajajaran)
runtuh (1579/1580), di wilayah Priangan terdapat dua pemerintahan berbentuk
kerajaan, yaitu Galuh dan Sumedang Larang. Pada awal abad ke-17, wilayah
Priangan dikuasai oleh Kerajaan Mataram, ketika kerajaan itu diperintah oleh Sultan
Agung (1613-1645). Akibatnya, status Kerajaan Galuh berubah menjadi Kabupaten
Galuh dan Kerajaan Sumedang Larang berubah menjadi Kabupaten Sumedang.
Berdasarkan fakta sejarah, dua kabupaten itulah yang pertama kali berdiri di
wilayah Priangan.
Sultan Agung berambisi menguasasi
Priangan dengan tujuan untuk menjadikan wilayah itu sebagai batu loncatan dalam
upaya mengusir Kompeni dari Batavia.
Untuk melaksanakan upaya itu, Sultan Agung meminta bantuan Dipati Ukur,
penguasa Tatar Ukur (sebagian daerah Priangan bekas wilayah kekuasaan Kerajaan
Sumedang Larang), untuk membantu pasukan Mataram menyerang Kompeni. Tahun 1628 Dipati
Ukur memimpin pasukannya menyerang Kompeni di Batavia. Namun serangan Dipati Ukur gagal, karena pasukan
Mataram terlambat datang ke Batavia. Kegagalan itu menyebabkan Dipati Ukur
memberontak terhadap pihak Mataram.
PEMBENTUKAN KABUPATEN SUKAPURA
Untuk
menumpas pemberontakan Dipati Ukur, Sultan Agung meminta bantuan beberapa
kepala daerah di Priangan. Berkat bantuan para kepala daerah itu, pemberontakan
Dipati Ukur berhasil ditumpas pada akhir tahun 1631/awal 1632. Kepala daerah
yang dianggap paling berjasa membantu Mataram adalah Ki Astamanggala (Umbul
Cihaurbeuti), Ki Wirawangsa (Umbul Sukakerta), dan Ki Somahita (Umbul
Sindangkasih).
Sebagai
imbalan atas jasa para kepala daerah itu, Sultan Agung pertama kali mengangkat Ki
Wirawangsa menjadi bupati Sukapura dengan gelar Tumenggung Wiradadaha. Hal
itu dinyatakan dalam Piagĕm[3] (Piagam)
bertanggal 9 Muharam taun Jimakhir
(26 Juli 1632). Kemudian dengan Piagĕm
tanggal 9 Muharam taun Alip (16 Juli 1633) Sultan Agung juga mengangkat Ki
Astamanggala menjadi bupati Bandung dengan gelar Tumenggung Wiraangunangun dan Ki
Somahita menjadi bupati Parakanmuncang dengan gelar Tumenggung Tanubaya,
sekaligus mengukuhkan pengangkatan Ki Wirawangsa (Tumenggung Wiradadaha)
sebagai Bupati Sukapura. Berarti sejak tanggal 16 Juli 1633 di wilayah Priangan
berdiri tiga kabupaten baru, yaitu Sukapura, Bandung, dan Parakanmuncang.
Semula Kabupaten Sukapura
beribukota di Dayeuh Tengah. Dalam perjalanan sejarahnya, ibukota kabupaten itu berkali-kali pindah[4].
Setelah beberapa tahun Kabupaten Sukapura beribukota di Manonjaya, ibukota
kabupaten pindah lagi kota baru Tasikmalaya yang diresmikan tanggal 1 Oktober
1901. Tahun 1913 – masa pemerintahan Bupati R.A.A. Wiratanuningrat (1908-1937)
–nama kabupaten diganti menjadi Kabupaten Tasikmalaya, sesuai dengan nama
ibukotanya. Berarti Kabupaten Tasikmalaya adalah kelanjutan dari Kabupaten
Sukapura. Dengan kata lain, Kabupaten Sukapura merupakan cikal-bakal Kabupaten
Tasikmalaya.
Hari Jadi Kabupaten Tasikmalaya
Uraian
tersebut mengandung arti bahwa dari segi metodologi sejarah ada dua alternatif
tanggal yang seharusnya dipilih salah satunya sebagai Hari Jadi Kabupaten
Tasikmalaya.
Alternatif I : Tanggal
26 Juli 1632, yaitu tanggal pengangkatan Ki Wirawangsa (Tumenggung Wiradadaha) menjadi Bupati Sukapura, yang
berarti tanggal berdirinya Kabupaten
Sukapura.
Alternatif II : Momentum pergantian nama Kabupaten Sukapura
menjadi Kabupaten Tasikmalaya
(tahun 1913). Tanggal dan bulannya dapat ditemukan,
karena pergantian nama kabupaten zaman pemerintahan
Hindia Belanda diresmikan dengan besluit (surat keputusan) gubernur jenderal, yang alinannya dimuat dalam Staatsblad
(Lembaran Negara).
Bila
kedua alternatif tanggal itu dihubungkan dengan tanggal 21 Agustus 1111, yang sejak
tanggal 1 Agustus 1975 (SK DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Tasikmalaya No. Dp
041.2/ 8/1975) sampai hari ini dianggap sebagai Hari Jadi Kabupaten
Tasikmalaya, jelas anggapan itu salah, karena tanggal itu tidak sesuai
konteks permasalahannya. Memang tanggal 21 Agustus 1111 juga adalah fakta
sejarah, tetapi bukan fakta berdirinya Kabupaten Sukapura dan bukan pula
tanggal digantinya nama Kabupaten Sukapura menjadi Kabupaten Tasikmalaya. Tanggal
21 Agustus 1111 adalah tanggal Prasasti Geger Hanjuang. Prasasti itu berisi informasi tentang berdirinya Kerajaan
Galunggung, ditandai oleh upacara penobatan Batari Hyang menjadi
penguasa Kerajaan Galunggung dengan sebutan Ratu Galunggung. Berarti Kerajaan
Galunggung bukan cikal-bakal Kabupaten Tasikmalaya. Sumber-sumber sejarah
menunjukkan bahwa sampai abad ke-15, di wilayah Priangan belum ada pemerintahan
dalam bentuk kabupaten.
Dalam
ilmu sejarah, kesalahan itu disebut kesalahan verifikasi (kesalahan
pembuktian). Kesalahan itu juga merupakan kesalahan penafsiran, yaitu menganggap
Kerajaan Galunggung sebagai cikal-bakal Kabupaten Tasikmalaya. Konsekuensi dari
kesalahan itu, tanggal Hari Jadi Kabupaten Tasikmalaya harus diganti, dengan
mengacu pada dua alternatif tanggal tersebut di atas. Pergantian itu selain
tuntutan metodologi sejarah juga terkait dengan tanggungjawab moral, yaitu untuk
tidak mewarisi generasi penerus dengan sejarah yang salah.
PENUTUP
Tanggal
21 Agustus 1111 tidak dapat dipertanggungjawabkan sebagai Hari Jadi Kabupaten
Tasikmalaya, baik secara ilmiah maupun secara rasional. Fakta sejarah
menunjukkan, 21 Agustus 1111 bukan tanggal pembentukan Kabupaten Sukapura dan
bukan pula tanggal pergantian nama Kabupaten Sukapura menjadi Kabupaten
Tasikmalaya. Oleh karena itu, Hari Jadi Kabupaten Tasikmalaya harus segera
diganti oleh salah satu alternatif tanggal yang telah disebutkan.
Alternatif
mana dari dua alternatif tanggal tersebut yang tepat atau memadai untuk dipilih
dan ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Tasikmalaya, perlu dibahas oleh tim
khusus dengan melibatkan sejarawan profesional yang memahami masalah tersebut.
Hasil pembahasan – maaf bukan mapatahan
ngojay ka meri (menggurui) – ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten
Tasikmalaya menggantikan tanggal 21 Agustus 1111, setelah terlebih dahulu
mencabut SK DPRD Kabupaten Daerah Tingkat II Tasikmalaya No. Dp 041.2/ 8/1975,
yang menetapkan tanggal 21 Agustus 1111 sebagai Hari Jadi Kabupaten
Tasikmalaya. Tindak lanjutnya, pergantian tanggal hari jadi itu
disosialisasikan secara luas kepada masyarakat.
Menurut
pemikiran saya berdasarkan kaidah metodologi sejarah, alternatif I,
yaitu tanggal 26 Juli 1632 (tafsiran dari 9 Muharam taun Jimakhir), tanggal pembentukan Kabupaten Sukapura, lebih
tepat/memadai dipilih sebagai Hari Jadi Kabupaten Tasikmalaya daripada
alternatif II. Dasar pemikiranya menyangkut dua hal. Pertama,
Kabupaten Sukapura – seperti telah disebutkan – merupakan cikal-bakal Kabupaten
Tasikmalaya, atau Kabupaten Tasikmalaya adalah kelanjutan dari Kabupaten
Sukapura. Kedua, warga Sukapura, khususnya keturunan Buapti Sukapura,
tidak akan merasa disisihkan. Hal yang kedua penting untuk diperhatikan agar
tidak menimbulkan pro-kontra seperti yang telah terjadi atas
pemilihan/penetapan tanggal 21 Agustus (1111).
Perlu
dikemukakan bahwa pemilihan/penetapan tanggal 26 Juli 1632 yang berasal dari piagĕm pengangkatan Ki Wirawangsa
menjadi Bupati (pertama) Sukapura, bukan berarti mengagungkan Sultan Agung Raja
Mataram dan bukan pula mengistimewakan warga Sukapura, tetapi tanggal tersebut
secara metodologi sejarah adalah tanggal yang tepat atau memadai, dalam arti
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan rasional, menjadi Hari Jadi
Kabupaten Sukapura. Seperti telah disebutkan, Kabupaten Tasikmalaya adalah
kelanjutan dari Kabupaten Sukapura.
Alternatif
II yaitu tanggal pergantian nama Kabupaten Sukapura menjadi Kabupaten
Tasikmalaya, dapat pula dipilih sebagai Hari Jadi Kabupaten Tasikmalaya, namun
ada tetapinya, yaitu pemilihan tanggal alternatif II akan menimbulkan
kekhawatiran atau dampak negatif. Generasi penerus warga Tasikmalaya dan orang
yang tidak memahami kesejarahan Sukapura-Tasikmalaya, akan berpendapat bahwa
tanggal itu (tahun 1913) adalah tanggal pertamakali adanya pemerintahan
kabupaten di daerah yang sekarang bernama Tasikmalaya. Bila hal itu menjadi
bagian dari materi pelajaran (mulok) di sekolah, berarti siswa diberi
pengetahuan sejarah yang salah. Akibat lebih jauh, akan terjadi salah kaprah
mengenai hal itu di kalangan masyarakat luas.
SUMBER ACUAN
(Selektif)
Ekadjati, Edi S. 1982.
Ceritera Dipati Ukur; Karya Sastra Sejarah Sunda. Jakarta: Pustaka Jaya.
de Haan, F. 1911.
Priangan; De Preanger Regentschappen Onder het
Nederlandsch Bestuur tot 1811. II. Batavia: BGKW.
Hardjasaputra, A. Sobana. 1985.
Bupati-Bupati di Priangan; Kedudukan dan
Peranannya Pada Abad Ke-17–19. Tesis. Yogyakarta: Uiversitas
Gadjah Mada.
-------. 2003
”Hari
Jadi Kabupaten Ciamis dan Tasikmalaya Perlu Dikaji Ulang”. SK Priangan, Juni 2003.
-------. 2006.
”Geger
Hanjuang dan Hari Jadi Tasikmalaya”. Pikiran
Rakyat, 29 Agustus 2006.
-------. 2010.
”21
Agustus 111 Bukan Hari Jadi Tasikmalaya”. Pikiran
Rakyat, September 2010.
Holle, K.F. 1868.
”Geschiedenis
der Preanger-Regentschappen”. TBG,
XVII: 34-432.
-------. 1869.
”Bijdragen
Tot de Geschiedenis de Preanger-Regentschappen”. TBG,
XVII: 341- 343.
Hoofdecomitte. 1932.
Pangeling-ngeling 300 Tahun Ngadegna
Sukapura. (Tasikmalaja).
Kern, R.A. 1898.
Geschiedenis der Preanger-Regentschappen;
Kort Overzigt. Bandung: De Vries
& Fabricius.
Kertinegara. t.th.
Sedjarah Dipati Ukur dan Kabupaten Sukapura.
Leiden:
Universiteit Leiden. Cod. Or.
7858.
Sastrahadiprawira, R. Memed.
1931-1933.
”Manondjaja Dajeuh
Narikolot”. Parahiangan, 48
(Berseri).
Soeria di Radja. 1927.
”Dipati Oekoer”. Poesaka Soenda, V, 3-4, Maret-April
(Berseri).
Tim Peneliti Hari Jadi Kabupaten
Tasikmalaya. 1973/1974.
Hari Jadi Tasikmalaya. Laporan Hasil
Penelitian. Tasikmalaya.
Volksalmanak Soenda. 1922, 1937.
Batavia:
Bake Poestaka.
Widjajakusuma, R.D. Asikin. 1961.
Tina Babad Pasundan; Riwajat Kamerdikaan
Bangsa Sunda Saruntagna Karadjaan Padjadjaran Dina Taun 1580.
Bandung: Kalawarta Kudjang.
Lampiran
BIO DATA
Nama lengkap
|
: Prof. Dr. A. Sobana Hardjasaputra, M.A.
|
Tempat & tgl. lahir
|
: Ciamis, 4 September 1944
|
Alamat
|
: Kompleks Perumahan Mandala, Jl. Mandala II No. 53
|
Terusan Jl.
Jatihandap, Cicaheum, Bandung
40193
|
|
Tlp. (022)
7200330 – HP 0813 2203 2203
|
|
Pekerjaan
|
: Dosen MK Pengantar Ilmu Sejarah, Museologi, Kajian
Budaya,
|
Metode Penelitian,
Bibliografi dan Kearsipan.
|
|
Jabatan
|
Guru Besar Ilmu Sejarah FIB Univ.
Padjadjaran & Univ. Galuh
|
Pendidikan tinggi
|
1. Sarjana Muda Sejarah
(Unpad)
|
2. Sarjana Ilmu
Perpustakaan (UI)
|
|
3. Sarjana Sejarah
(Unpad)
|
|
4. Master Sejarah (UGM
& Monash University Australia)
|
|
5. Doktor Sejarah
(Monash University Australia & UI).
|
|
Profesi
|
: Sejarawan. Pemerhati
masalah sejarah daerah & sosial budaya.
|
Hasil
Penelitian/Karya
|
1. Pemerintahan Daerah Jawa Barat Masa
Revolusi Fisik,
|
Ilmiah, antara lain:
|
1945-1949
(1980).
|
2. Bupati Priangan; Kedudukan dan
Peranannya Pada Abad
|
|
Ke-19 (Tesis, 1985).
|
|
3. Peta
Sosial Budaya Jawa Barat
(1993/1994)
|
|
4. Transportasi Kereta Api di Jawa Barat
dan Pengaruhnya.
|
|
Terhadap Kehidupan Sosial
Ekonomi di Bandung dan
|
|
Sekitarnya,
1884 – 1906 (1996)
|
|
5. Jawa Barat Pasa Masa Pendudukan
Jepang (1997).
|
|
6. Sejarah
Kota Bandung 1810-1906 & 1906-1945 (1999/2000)
|
|
7. Perubahan Sosial di Bandung 1810 –
1906 (Disertasi, 2002).
|
|
8. Sejarah Purwakarta Abad ke-19 – Abad
ke-20 (2003)
|
|
9. Sejarah Tangerang (2004)
|
|
10. Sejarah
Sumedang (2005)
|
|
11. Metode
Penelitian Sejarah (2007)
|
|
12. Teknik Penelitian dan Penulisan Sejarah
(2009/2010)
|
|
13. Sejarah Cirebon Abad XV – Pertengahan
Aabad XX (2011)
|
|
14. Berbagai makalah
tentang sejarah dipresentasikan dalam loka-
|
|
karya, kongres, seminar, dan simposium
(tingkat nasional dan
|
|
internasional)
|
|
15. Artikel-artikel
tentang sejarah dan masalah sosial dalam media
|
|
massa (surat kabar dan majalah/jurnal)
|
|
Pengalaman penelitian dll.
|
- Penelitian sumber sejarah dan
budaya Jawa Barat, di dalam dan di
|
luar negeri
(Belanda, Inggris, Australia).
|
|
- Penemu Hari Jadi Kota Bandung (25 September 1810)
|
|
- Penemu Hari Jadi Purwakarta (20 Juli 1831)
|
|
- Penemu Hari Jadi Garut (16 Februari 1813)
|
|
Organisasi Profesi
|
- Lembaga Pusat Studi Sunda:
Ketua Bidang Penelitian
|
- Wargi Galuh Puseur:
Ketua Bidang Penelitian
|
|
- Ruwat (Rukun Wargi Tatar) Sunda: Dewan Pakar
Sejarah Budaya
|
Bandung, 1 Maret 2013
Prof. Dr. A. Sobana Hardjasaputra, M.A.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar