Sabtu, 22 Juni 2013

Lesson Study dan Aplikasinya



LESSON STUDY DAN APLIKASINYA
DALAM PROSES PEMBELAJARAN[1]
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
A. Sobana Hardjasaputra[2]


PENDAHULUAN

a.  Asal-usul
            Konsep Lesson Study (LS) diciptakan oleh orang Jepang bernama Makoto Yoshida dengan sebutan Yugyou Kenkyuu (Yugyou = lesson = pembelajaran;. Kenkyuu = study/research = penelitian). Oleh karena itu, konsep tersebut pertama kali dipraktekan di Jepang pada tingkat pendidikan dasar. Semula LS hanya diterapkan pada pembelajaran matematika. Dalam perkembangannya, LS diterapkan pada pembelajaran bidang lain di luar matematika, dan dipraktekkan pada tingkat sekolah menengah dan atas, bahkan di perguruan tinggi. Penerapan LS dalam proses pembelajaran kemudian diserap dan dilaksanakan oleh beberapa negara lain, termasuk Indonesia (mulai awal abad ke-21).

b. Definisi
            Definisi umum LS adalah suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan, berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan pengetahuan bersama (mutual learning), untuk membangun komunitas belajar.

c.  Tujuan dan Manfaat LS
Tujuan utama LS :
1)     Memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai kegiatan belajar-mengajar. Bagaimana siswa belajar dan bagaimana guru mengajar.
2)     Memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi guru lain (di luar peserta LS) untuk melaksanakan pembelajaran lebih baik.
3)     Meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri (penelitian/ pengkajian) kolaboratif.
4)     Membangun pengetahuan pedagogis, dalam arti seorang guru dapat menimba pengetahuan dan pengalaman dari guru lain.
Manfaat LS antara lain:
1)     guru dapat mendokumentasikan kinerja dan hasilnya;
2)     guru memperoleh umpan-balik dari anggota tim LS lain;
3)     guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan (menyebarluaskan) hasil akhir LS.
Dalam konteks pendidikan di Indonesia, manfaat ketiga dapat dikemas menjadi karya tulis ilmiah guru. Karya itu berguna pula untuk kepentingan kenaikan pangkat dan sertifikasi guru.
Manfaat LS tersebut penting artinya bagi guru, karena guru memperoleh bahan acuan untuk kepentingan kinerjanya.
1)     Memikirkan secara lebih seksama tentang tujuan materi pelajaran tertentu yang diajarkan kepada sisiwa.
2)     Memikirkan secara mendalam tentang tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, termasuk kecintaan/kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan.
3)     Mengkaji hal-hal terbaik yang dapat dan harus digunakan dalam pembelajaran, dengan belajar dari guru lain (peserta/partisipan LS) untuk menambah pengetahuan, misalnya tentang materi pelajaran. Hal itu berarti membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial.
4)     Mengembangkan kecakapan/keahlian, baik dalam merencanakan pelajaran maupun dalam melaksanakan pembelajaran.
5)     Meningkatkan pengamatan terhadap prilaku belajar siswa (”the eyes to see students”).

d. Tipe LS
LS dapat dibagi menjadi dua tipe/jenis.
1) LS Berbasis Sekolah.
Dilaksanakan oleh semua guru berbagai studi, termasuk kepala sekolah. Tujuannya, agar kualitas proses dan hasil pembelajaran semua mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan, dapat lebih ditingkatkan.
2) LS Berbasis MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran).
     Dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran tertentu.
Tujuannya, mengkaji secara mendalam proses pembelajaran mata pelajaran tertentu. Dengan demikian, LS tipe ini dapat dilaksanakan pada tingkat wilayah, seperti wilayah kecamatan, kabupaten atau provinsi.

e.  Sasaran LS
Sasaran utama LS adalah pelajaran penting, tetapi memiliki titik lemah dalam pembelajaran siswa, sehingga siswa cenderung sulit mempelajarinya atau terkesan pelajaran itu kurang diminati oleh siswa.
f.   Tahapan LS
Baik LS tipe 1 maupun LS tipe 2 pada umumnya dilaksanakan melalui proses yang mencakup tiga atau empat tahap, yaitu tahapan bersifat siklik yang berorientasi pada praktek.
1)     Plan (perencanaan).
2)     Do (pelaksanaan).
3)     See/Refleksi.
4)     Act (tindak lanjut).
Secara operasional, LS dilaksanakan oleh tim kecil (3 – 6 orang), terdiri atas kepala sekolah (fasilitator), guru model (guru pelajaran tertentu), dan pengamat (observer: guru pelajaran lain, dosen/pakar pendidikan, pejabat dinas pendidikan, tokoh masyarakat pemerhati masalah pendidikan).










APLIKASI LESSON STUDY
DALAM PROSES PEMBELAJARAN


LANDASAN
a.  Pilar Pendidikan
UNESCO (1996) menepatkan 4 (empat) pilar pendidikan yang harus diperhatikan dalam proses pembelajaran.
1)     Learning to know : belajar untuk menguasai ilmu pengetahuan.
2)     Learning to do : belajar untuk memiliki keterampilan.
3)     Learning to live together : belajar untuk hidup bermasyarakat.
4)     Learning to be : belajar untuk mengembangkan diri secara maksimal.

b. PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 20 tentang Standar Pendidikan Nasional
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil bellajar.

c.  UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
¨ Pembinaan guru agar guru profesional.
¨ Pengakuan terhadap guru sebagai tenaga profesional bila memiliki:
1)   kualifikasi akademik (pendidikan S1 atau Diploma 4);
2)   kompetensi (pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional);
3)   serifikasi pendidik (diperoleh setelah mengikuti pendidikan profesional).


APLIKASI LESSON STUDY
            Aplikasi atau penerapan LS dalam proses pembelajaran berarti melaksanakan tahapan/prosedur LS secara baik dan benar serta cermat, agar tujuan LS tercapai dan bermanfaat untuk jangka panjang.


1
PLAN
(Pencanaan Pembelajaran)

¨ Pemilihan topik LS
¨ Identifikasi masalah pembelajaran: materi ajar, metode dan strategi pembelajaran, kendala yang dihadapi dan alternatif pemecahannya.
¨ Menentukan perangkat pembelajaran:
1.  Guru model
2.  Silabus - Rencana Pembelajaran (RP).
    3.  Pendukung pembelajaran: buku wajib (di perpustakaan sekolah), alat peraga, dll.
    4.  Lembar Kerja Siswa (LKS)
    5.  Instrumen penilaian proses dan hasil pembelajaran.
    6.  Kelompok siswa dan denah tempat duduk, sehingga mudah diamati oleh observer.
    7.  Observer yang akan mengamati kerja kelompok siswa dan kinerja guru model.
    8.  Petunjuk Pelaksanaan Pembelajaran (Teaching Guide).
 
 





















Penjabaran ”Plan”
ü  Perencanaan pembelajaran harus dipikirkan secara matang dilandasi oleh sikap kritis. Perencanaan itu pada dasarnya dibuat oleh calon guru model (pelaksana pembelajaran). Dalam kegiatan itu ia sebaiknya berkolaborasi dengan kepala sekolah dan calon anggota/tim observer, khususnya pakar pendidikan, agar tujuan pembelajaran dan tujuan LS tercapai.
ü  Pemilihan topik LS didasarkan pada pentingnya mata pelajaran dan permasalahannya.
ü  Identifikasi masalah mencakup permasalahan pokok materi ajar dan permasalahan pembelajaran (kondisi nyata).
ü  Silabus harus disusun secara cermat. Materi ajar disusun secara sistematis sesuai dengan alokasi waktu, agar materi ajar dapat disampaikan kepada siswa secara tuntas. Penyusunan materi ajar berbasis kompetensi.
ü  Substansi perancangan LS sebaiknya dituangkan dalam lembar format perangcangan LS (lihat Lampiran).
ü  Instrumen penlilaian dibuat sesuai dengan unsur-unsur dan kondisi yang perlu dinilai. Instrumen penlilaian yang terpenting adalah lembar penilaian hasil pembelajaran dan lembar observasi.
ü  Perencanaan mengenai pendukung pembelajaran diarahkan pada sarana/ fasilitas penting, tetapi sarana/fasilitas yang dimiliki belum memadai, atau bahkan belum ada.
ü  Penentuan observer hendaknya didasarkan pada kapabilitas atau pengetahuan calon mengenai pelajaran yang akan menjadi topik/sasaran LS khususnya, dan bidang pendidikan pada umumnya. àThe man in the right place.


2
DO
(Pelaksanaan)

¨ Pengarahan singkat dari fasilitator (briefing).
¨ Latihan peserta LS
¨ Pelaksanaan LS:
·  Guru model menyampaikan materi ajar berdasarkan RP (silabus) yang   telah disepakati oleh tim LS.
·  Guru model mengadakan test untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi ajar.
·  Observer mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru, serta mencatat hal-hal positif dan negatif proses pembelajaran pada lembar vobservasi.
·  Pengisian lembar penilaian.
 
 

















Penjabaran ”Do”
ü  Kegiatan diawali oleh kewajiban fasilitator, yaitu memberi pengarahan singkat kepada guru model dan observer tentang teknis pembelajaran yang akan dilakukan, metode yang digunakan, tahapan pelaksanaan pembelajaran, sifat observasi, dll.
ü  Sebelum pembelajaran dilaksanakan, sebaiknya terlebih dahulu diadakan latihan peserta LS. Tujuannya, agar pelaksanaan LS berjalan cukup lancar. Tidak menimbulkan masalah baru yang mengganggu pelaksanaan LS.
ü  Pelaksanaan LS:
·  Dalam proses penyampaian materi ajar, guru model bukan hanya dituntut untuk menguasai materi ajar secara deskriptif, tetapi dituntut pula untuk memiliki wawasan cukup luas mengenai hal-hal penting yang merupakan bagian dari materi ajar. Tuntutan itu terutama dalam pembelajaran materi ajar yang tercakup ke alam IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Misal, dalam pembelajaran sejarah, guru dituntut untuk dapat menjelaskan makna dan dampak atau pengaruh suatu peristiwa, agar siswa memahami arti penting belajar sejarah.
·  Soal test hendaknya sejalan dengan tujuan pembelajaran.
·  Observasi terutama diarahkan pada siswa, menyangkut hal-hal sebagai berikut:
-   aktivitas belajar siswa (aktif atau pasif);
-  interaksi siswa dengan siswa dan siswa dengan guru;
-  prilaku siswa dalam proses pembelajaran
Obervasi sebaiknya ditunjang oleh peralatan pendokumentasian (kamera foto atau kamera video). Namun observasi itu tidak menggangu konsentrasi guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
     ·  Observer mencatat hasil obervasi pada lembar observasi : nama atau kelompok siswa; evaluasi; dan tanggapan, saran atau kritik konstruktif mengenai proses pembelajaran.
     ·  Guru menilai hasil test secara obyektif, kemudian menuangkannya pada lembar penilaian.



3
SEE
(Refleksi)


¨ See (refleksi) dilakukan segera setelah praktik pembelajaran selesai.
¨ Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi anggota tim LS, dipimpin oleh kepala sekolah atau kordinator tim atau guru yang ditunjuk oleh tim LS.
    ·  Guru model (pelaksana pembelajaran) diberi kesempatan menyatakan kesan-kesannya tentang praktek pembelajaran.
    ·  Tanggapan observer.
    ·  Tanggapan balik dari guru model.
¨Rangkuman dan kesimpulan hasil kegiatan refleksi (evaluasi).
 
 



















Penjabaran ”See” (refleksi)
ü  Diskusi dalam tahap refleksi diawali oleh penyampaian kesan-kesan guru model mengenai pelaksanaan pembelajaran. Kesan-kesan itu terutama menyangkut sikap dan prilaku siswa dalam menerima pelajaran, serta kendala-kendala yang dihadapi.
ü  Observer memberikan tanggapan, saran atau kritik konstruktif mengenai proses pembelajaran. Namun tanggapan, saran atau kritik itu harus dilandasi oleh bukti-bukti yang diperoleh dari observasi, bukan berdasarkan opini observer.
ü  Guru model memberikan tanggapan balik terhadap tanggapan, saran atau kritik dari observer.
ü  Pembicaraan yang berkembang dalam diskusi menjadi umpan-balik untuk kepentingan perbaikan/peningkatan pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya setiap peserta memiliki catatan hasil diskusi.
ü  Hasil diskusi dirangkum dan disusun kesimpulannya secara tertulis, sehingga menjadi dokumen penting bagi tahap tindak lanjut (act).


4
ACT
(Tindak lanjut)


¨ Telaah atas kegiatan refleksi yang menghasilkan rangkuman dan kesimpulan dari proses pembelajaran.
¨ Memahami makna hasil telaah bagi tataran individual dan tataran manajerial.
¨ Merencanakan kegiatan LS berikutnya, dan mengumumkannya terutama kepada para guru.

 
 


















Penjabaran Act
ü  Dari tahap refleksi dapat diperoleh beberapa pengetahuan baru atau keputusan yang penting artinya bagi tararan individual dan tataran manajerial, yaitu untuk perbaikan/peningkatan pembelajaran.
     Pada tataran individual, pengetahuan baru dan atau keputusan penting itu menjadi modal bagi para guru dan observer dalam upaya mengembangkan pembelajaran ke arah lebih baik.
Pada tataran manajerial, pengetahuan baru dan atau keputusan penting itu merupakan masukan berharga bagi kepala sekolah dalam upaya mengembangkan atau mengoptimalkan manajemen pendidikan di sekolahnya. Dengan terlibat langsung dalam proses penerapan LS, ia menjadi lebih memahami potensi guru dan kondisi siswa yang sesungguhnya. Pemahaman akan hal itu penting artinya bagi kepala sekolah untuk mewujudkan kiprahnya sebagai pemimpin pendidikan yang kapabel dan berkualitas.
ü  Berdasarkan kegiatan pada tahap refleksi, kepala sekolah dalam kapasitas sebagai fasilitator LS membuat rencana pelaksanaan LS berikutnya.
Dalam menyusun rencana itu hendaknya diperhatikan situasi dan kegiatan pembelajaran di sekolah, yang tercermin dalam kalender kegiatan pembelajaran.






KESIMPULAN

Ø      LS adalah model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasilnya.
Ø      LS merupakan media strategi untuk pengembangan profesi guru.
Ø      LS mendorong terbentuknya komunitas belajar (learning community) yang secara konsisten melakukan perbaikan secara kontinu (continuous improvement) mengenai pembelajaran dan cakupan masalahnya, baik pada tataran individu, tataran kelompok maupun sistem yang lebih umum.
Ø      LS pada satu segi mendorong guru memfokuskan perhatian dan bantuannya pada aktivitas dan sikap belajar siswa. Pada segi lain, LS mengurangi keterasingan guru.
Ø      LS mendorong siswa menunjukkan potensi masing-masing, khususnya kapabilitas dalam bidang tertentu.
Ø      Pengetahuan yang dibangun dari LS merupakan modal penting untuk meningkatkan kinerja dalam pembelajaran.
Ø      LS yang dirancang dengan baik dan benar, dapat memunculkan pemikiran akan kegiatan yang inovatif dan berkesinambungan.
 
 
























            Mudah-muhan uraian sederhana ini bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkecimpung dalam bidang pendidikan formal, khususnya para guru dan kepala sekolah.



Bandung, 1 April 2010


SUMBER ACUAN
(Selektif)




Haryono, Setyo. 1010.
Pembelajaran Kolaboratif Melalui Lesson Study. Makalah. Seminar Nasional Lesson Study. Semarang, 14 Maret 2010, diselenggarakan oleh IKIP-PGRI Semarang.
Hendayana S. 2009
Lesson Study; Pengembangan Profesi Guru. Bandung : Rizqi Press
Lewis, Catherine C. (2002).
“Does Lesson Study Have a Future in the United States?” in http://www.sowi-online.de/journal/impressum.html
---------. (2002).
Lesson study; A Handbook of Teacher-Led Instructional Change. Philadelphia, PA: Research for Better Schools.
Putro W. 2008.
“Peningkatan Profesionalisme Guru Melalui Lesson Study”.
 http://sawali.wordpress.com/2007/09/17/download-terbaru-panduan-sertifi-kasi-guru-dan-lessson-study. 23 November 2008).
Richardson, J. 2006.
“Lesson study; Teacher Learn How to Improve Instruction”. Nasional Staff Development Council. http://www.nsdc.org. ,03/05/06.
Saito, E. et al. 2005.
“Penerapan Studi Pembelajaran di Indonesia; Studi Kasus dari IMSTEP”. Mimbar Pendidikan, No.3. Th. XXIV: 24-32 (Jurnal Pendidikan).
Susilo, H. 2006.
Apa dan Mengapa Lesson Study Perlu Dilakukan untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru dan Dosen MIPA. Makalah. Seminar Peningkatan Profesionalisme Guru dan Dosen MIPA melalui Lesson Study. Singaraja, 25 November 2006.
Sutopo & Ibrahim. 2006.
Pengalaman IMSTEP dalam Implementasi Lesson Study. Makalah. Pelatihan Kemitraan LPTK-Sekolah Dalam Rangka Peningkatan Mutu Pendidikan MIPA. Hotel Yogyakarta, 27-29 Juli 2006.
Wang-Iverson, P. 2002
“Why Lesson Study”. http://www.rbs.org/lesson_study/confenrence/2002/ paper/ wang.shtml.
Yoshida, M. 2002.
“Developing Effective Use of the Blackboard through Lesson Study”.
http://www.rbs.org/lesson_study/confenrence/2002/paper/Yoshida_
blacboard.shtml

Lampiran
PERANCANGAN LESSON STUDY
(Contoh Alternatif)

1.
Topik/Judul LS

2.
Tujuan

3.
Hubungan LS dengan kurikulum


Kelas …..





Kelas …..





Kelas …..




4.
Pola Pembelajaran dalam LS

5.
Prosedur LS



No.
Sasaran Evaluasi
Dukungan Guru
          Evaluasi
1.
Permasalahan


2.
Diskusi pemecahan masalah


3.
Solusi terhadap masalah


4.
Pemecahan masalah


5.
Rangkuman



6.
Evaluasi:












[1] Disampaikan dalam acara Pelatihan dan Seminar Nasional Keguruan di Talaga, 4 April 2010. Penyelenggara PGRI Kecamatan Talaga.
[2] Guru Besar Universitas Padjadjaran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar