METODE PENULISAN SEJARAH[1]
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
A.
Sobana Hardjasaputra[2]
PENDAHULUAN
Sejarah merupakan bidang yang sangat
“ramah” bila dibandingkan dengan bidang ilmu lainnya, karena sejarah dapat
diminati oleh siapa saja, termasuk penulisannya. Oleh karena itu, tulisan
sejarah ada yang bersifat populer dan ada yang bersifat ilmiah. Tulisan sejarah
populer biasanya dibuat oleh sejarawan amatir, tanpa berpedoman pada metode
sejarah. Tulisan sejarah ilmiah dibuat oleh sejarawan professional dengan
berlandaskan pada metode sejarah. Sejalan dengan hal yang disebut terakhir,
metode penulisan sejarah yang dibicarakan dalam makalah ini adalah metode
penulisan sejarah ilmiah. Memang pembicaraan masalah itu yang ditugaskan oleh
panitia seminar kepada saya.
Selaku warga Jawa Barat yang
berkecimpung dalam bidang social budaya, khususnya sejarah, saya menyampaikan
apresiasi yang tinggi kepada pimpinan Dinas Periwisata dan Kebudayaan Provinsi
Jawa Barat yang menaruh perhatian terhadap kesejarahan Jawa Barat melalui
seminar bertema “Penanaman Nilai-Nilai Kesejarahan Jawa Barat”. Penanaman
nilai-nilai kesejarahan memang penting untuk dilakukan, karena sejarah sarat
dengan pengalaman-pengalaman penring dan kearifan manusia di masa lampau.
Totalitas pengalaman-pengalaman penting dan kearifan itu seyogyanya menjadi
bahan pembelajaran dalam menghadapi kehidupan masa kini dan menghadapi
kehidupan di masa mendatang.
SYARAT PENULISAN SEJARAH ILMIAH
Penulisan sejarah ilmiah
memiliki persyaratan menyangkut topik yang akan ditulis dan kemampuan calon
penulis.
a. Topik
Topik yang dipilih untuk menulis sejarah,
tidak sembarang topik, tetapi topik itu harus memenuhi syarat tertentu, yaitu:
1. Menarik (interesting topic).
2. Memiliki arti penting (significant topic).
3. Dapat
dikerjakan karena sumber-sumbernya tersedia dan dapat diperoleh (manageable topic).
b. Kemapuan Calon Penulis
Calon penulis harus memahami/menguasai metode
sejarah, sehingga mampu mencari dan
mengolah sumber yang diperlukan dan mampu menuliskan hasil penelitiannya menjadi karya sejarah
yang memenuhi cirri-ciri tulisan sejarah ilmiah.
Metode sejarah mencakup empat tahap
kegiatan, yakni:
1. Pencarian dan pengumpulan sumber (heuristik).
2. Kritik sumber, yaitu menilai otentisitas dan kredibiltas sumber.
3.
Interpretasi data sehingga diperoleh fakta.
4. Merangkaikan fakta menjadi tulisan yang
sistematis dan harmonis (historio- grafi).
Ciri-ciri
umum tulisan sejarah ilmiah adalah uraiannya bersifat diakronis/kro- nologis, sistematis, deskriptif-analitis, yang
menunjukkan dan menjelaskan kausalitas
(hubungan sebab-akibat).
PROSES PENULISAN SEJARAH
Sejarah
merupakan suatu proses, karena peristiwa sejarah tidak terjadi secara
tiba-tiba, melainkan memiliki latar belakang dan factor-faktor penyebab. Penulisan
sejarah pun memiliki proses berupa tahapan kegiatan. Proses penulisan sejarah ilmiah
mencakup tahapan kegiatan sebagai berikut.
1. Kegiatan Awal
a) Setelah
topik ditentukan, pahami masalah pokok (substansi masalah) serta ruang lingkupnya,
dan tentukan pula ruang lingkup tempat (spasial) dan ruang lingkup waktu (temporal/kurun waktu).
b) Segera
cari beberapa sumber tertulis yang merupakan sumber acuan utama, untuk menambah
pemahaman ruang lingkup masalah yang akan ditulis/ di- bahas.
c) Pembuatan kerangka tulisan
Berdasarkan
pemikiran calon penulis ditunjang oleh hasil penelaahan ter- hadap beberapa sumber
acuan utama, buat kerangka tulisan, meskipun ma- sih bersifat sementara. Kerangka itu harus memiliki ciri-ciri
kerangka tulis- an
sejarah ilmiah, yaitu:
1) Kerangka
tulisan harus mencerminkan ruang lingkup masalah yang akan ditulis/dibahas. Masalah apa yang harus
menjadi judul bab dan masalah apa
yang harus menjadi judul subbab.
2) Pembagian bab harus bersifat kronologis dan
sesuai (mencerminkan) ma- salah
pokok yang ditulis.
3) Urutan subbab harus menunjukkan ruang lingkup
bab yang bersangkutan. Urutan
subbab pada setiap bab harus sistematis dengan memperhatikan hubungan
kausalitas.
4) Hindari adanya judul bab atau subbab yang
kalimatnya sama persis dengan
judul tulisan.
2. Pencarian/Pengumpulan Sumber (Heuristik)
Telaah
kerangka tulisan untuk mengetahui data apa yang diperlukan untuk tiap bab dan
subbab.
Dengan
berpatokan pada data yang diperlukan, jenis-jenis sumber-sumber (tertulis)
apa yang harus dicari/dikumpulkan? à Arsip/dokumen, buku, jur- nal/majalah,
surat kabar, dll.
Untuk
menulis sejarah ilmiah, sumber tertulis yang digunakan harus lebih banyak sumber primer
daripada sumber sekunder. Syukur
bila di antara sum- ber primer itu ada yang
berupa sumber otentik.
3. Pengolahan Sumber dan Data
Setelah
sumber yang diperlukan diperoleh, terlebih dahulu dilakukan kritik sumber,
untuk mengetahui otentisitas dan kredibiltas sumber.
Telaah
setiap sumber dengan menggunakan teknik membaca yang efektif dan efisien
untuk mencari data yang diperlukan.
Data
sebaiknya dicatat dengan sistem kartu. Satu kartu memuat satu data.
Contoh:
|
Pencatatan
data dengan sistem kartu memiliki beberapa manfaat/keuntung- an:
a) Memudahkan pengklasifikasian data berdasarkan
bab dan subbab pada kerangka
tulisan.
b) Memperlancarkan proses penulisan.
c) Mempermudah
pembuatan daftar pustaka/sumber.
IMPLEMENTASI Penulisan
Penulisan
sejarah ilmiah harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
1) Skema
Sebelum
mulai menulis, sebaiknya dibuat dulu skema alur uraian tiap subbab pada tiap bab, dengan berpatokan
pada kerangka tulisan. Hal ini terutama perlu dilakukan
oleh penulis pemula.
Skema
itu dimaksudkan sebagi pedoman penulis dalam merangkaikan data.
2) Rangkaian
Data
Pada
setiap subbab rangkaian data harus bersifat kronologis dan sistematis, dengan memperhatikan hubungkait antar data,
termasuk hubungan kausalitas.
Pencatatan data dengan sistem kartu, akan
memperlancar kegiatan merangkai data.
3) Uraian
Tulisan
sejarah ilmiah harus bersifat deskriptif-analisis.
Hubungan
antar aklimat, antar paragraf, dan antar subbab harus jelas.
Penunjukan sumber
pada naskah (teks) harus tepat, jelas, dan benar, sesuai dengan aturan
dan teknis penulisan karya tulis ilmiah.
Contoh:
Kota Bandung diresmikan sebagai ibukota Kabupaten Bandung
bersamaan dengan pengangkatan Raden Suria menjadi Patih Kabupaten
Parakanmuncang. Kedua pe- ristiwa
itu dinyatakan dalam surat keputusan (besluit)
tanggal 25 September 1810*) (Natanegara dalam Volksalmanak Soenda. Tahun ke XX, 1938: 96)
Bila bagian
akhir tulisan berupa simpulan, uraiannya harus benar-benar ber- nada
simpulan, bukan berupa ikhtisar atau resume. Simpulan dalam karya tulis ilmiah
merupakan keputusan dalam bentuk dan prosedur pemikiran in- duktif atau
deduktif.
Pemikiran
induktif menghasilkan simpulan umum dari hal-hal yang bersifat khusus. Pemikiran
deduktif adalah kebalikannya.
4) Bahasa
dan Bentuk Kalimat
Dalam
membuat uraian, gunakan bahasa yang baik dan benar berdasarkan kaidah-kaidah
bahasa yang berlaku.
Gunakan
kalimat efektif, yakni kalimat pendek tetapi jelas dan tuntas, tidak rancu atau
ngambang.
Contoh:
Kalimat tidak efektif:
Pada saat itu telah banyak penduduk dari etnis
Sunda dan Eropa yang tinggal di Sunda
Kalapa. Hal itu disebabkan karena Sunda Kalapa adalah sebuah pelabuhan penting, sehingga banyak
didatangi oleh para pedagang.
Kalimat efektif:
Awal abad ke-17 banyak orang
Sunda dan Eropa tinggal di Sunda Kalapa. Hal itu disebabkan Sunda Kalapa adalah
sebuah pelabuhan penting, sehingga sering didatangi oleh para pedagang.
Kata/istilah
yang digunakan harus sesuai dengan konteks permasalahannya.
5) Daftar Pustaka/Sumber
Tulisan
ilmiah harus disertai oleh daftar pustaka/sumber yang digunakan se- cara langsung
dalam menulis uraian. Istilah ”daftar pustaka” digunakan bila sumber-sumber yang
digunakan adalah sumber tertulis. Istilah ”daftar sum- ber” digunakan bila sumber yang
digunakan adalah sumber tertulis dan sum- ber
lisan (informan).
Format penulisan identitas tiap sumber
harus berpedoman pada aturan baku (standar
internasional), yaitu mirip uraian identitas sumber pada kartu kata- log
perpustakaan (Lihat Lampiran). Identitas sumber itu disusun secara alpa- betis,dengan
berpedoman pada aturannya.
Hal
itu perlu dilakukan, karena daftar pustaka/sumber merupakan bagian integral dari tulisan
ilmiah.
6) Lampiran
Bila
tulisan sejarah dilengkapi
oleh lampiran, harus diperhatikan hal-hal sebabai
berikut:
Lampiran
harus jelas hubungannya
dengan masalah yang ditulis.
Bila
lampiran lebih dari satu, urutannya harus sesuai dengan alur uraian.
PENUTUP
Bila
bertolak dari awal adanya kerajaan di Jawa Barat, yaitu Kerajaan Tarumanagara
(abad ke-4 Masehi), berarti Sejarah Jawa Barat mencakup kurun waktu sangat
panjang. Namun sampai saat ini, tulisan Sejarah Jawa Barat yang komprehensif
dan bersifat ilmiah, dapat dikatakan belum ada. Tulisan-tulisan yang
telah ada baru terbatas pada aspek-aspek tertentu. Sebagian dari
tulisan-tulisan itu bersifat tulisan populer.
Oleh
karena itu, seyogyanya Sejarah Jawa Barat ditulis secara komprehensif dan
bersifat ilmiah, sehingga nilai-nilai kesejarahannya dapat dipahami. Untuk
mencapai hal itu, penulisan Sejarah Jawa Barat sebaiknya diawali oleh penulisan
secara tematis, dalam arti penulisan per aspek secara mendalam (pemerintahan
dan politik, ekonomi, sosial budaya, pendidikan, perlawanan terhadap penjajah,
dan lain-lain). Penulisan secara tematis itu dapat dibagi berdasarkan zaman
(zaman kerajaan, zaman penjajahan, dan zaman kemerdekaan). Dalam hal ini,
metode penulisan sejarah harus benar-benar dipahami dan dikuasai oleh para
penulis sejarah. Para sejarawan amatir pun ada baiknya bila memahami metode penulisan
sejarah (metode sejarah), agar tulisan sejarah yang dihasilkannya menjadi
tulisan sejarah bersifat ilmiah populer dan mereka mengetahui
kesalahan-kesalahan umum dalam penulisan sejarah.
Bandung, 19 Maret 2013
SUMBER ACUAN
Abdullah, Taufik dan Surjomihardjo, Abdurrachman (eds.). 1985.
Ilmu Sejarah dan Historiografi; Arah dan Perspektif. Jakarta:
Gramedia.
Albaugh, Ralph
M. 1960.
Thesis Writing; A Guide to Scholarly Style.
Paterson, N.J.:
Littlefield, Adams.
Anderson, Jonathan et al. 1970.
Thesis and Assignment Writing. New York: John Wiley
& Sons.
Basri MS. 2006.
Metodologi
Penelitian Sejarah (Pendekatan, Teori dan Praktik). Jakarta:
Restu Agung.
Brown, Bruce.
1969.
Thought, Thesis, Theme; An Introduction to
Rhetoric. Belmont, California: Dickenson Publishing Company.
Hardjasaputra,
A. Sobana. 2010.
Metode Penelitian dan Penulisan Sejarah.
Naskah belum diterbitkan. Clayton,
Victoria, Australia.
Indonesia. Depdikbud. 1990.
Subtema Penulisan Sejarah. Kumpulan Makalah Seminar Sejarah Nasional V. Jakarta: Depdikbud. Disjarah
Nitra. Proyek IDSN.
Indriati, Etty. 2006.
Menulis
Karya Ilmiah: Artikel, Skripsi, Tesis dan Disertasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kartodirdjo, Sartono. 1982.
Pemikiran
dan Perkembangan Historiografi Indonesia; Suatu Alternatif. Jakarta: Gramedia.
Kent, Sherman. 1967.
Writing History. 2nd. New York: Appleton-Century-Crofts.
Komaruddin. 1974.
Metode Penulisan Skripsi dan Tesis. Bandung: Angkasa.
Kuntowijoyo. 2001
Pengantar Ilmu Sejarah. Cet. ke-4.Yogyakarta: Yayasan Bentang
Budaya.
Notosusanto,
Nugroho. 1971.
Norma2 Dasar Penelitian dan
Penulisan Sedjarah. Djakarta: Dep. Hankam. Pusat Sedjarah ABRI.
-------. 1978.
Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer
(Suatu Pengalaman). Jakarta:
Yayasan Idayu.
Roth, Audrey J.
1966.
The Research Paper Form and Content. Belmont, California:
Wadsworth Publishing Company.
Sastrohoetomo,
Ali. 1977.
Karangan Ilmiah; Suatu Penuntun Menulis
Laporan dan Skripsi. Jakarta:
Pradnya Paramita.
Turabian, Kate
L. 1973.
A Manual for Writers of Term Papers, Theses
and Disertations. 4th Edition. Chicago:
The University of
Chicago Press.
Lampiran
PENULISAN
IDENTITAS SUMBER
PADA DAFTAR
PUSTAKA/DAFTAR SUMBER
(Berdasarkan Aturan Berstandar Internasional)
FORMAT:
a) Buku
Pengarang.
Tahun terbit.
Judul
buku. Keterangan jilid, cetakan/edisi (bila ada). Tempat terbit: Nama penerbit (tanpa sebutan jenis
perusahaan: CV, PT, dll.).
b) Artikel dalam majalah/jurnal
Penulis.
Tahun terbit.
“Judul
artikel”. Nama majalah/jurnal. Vol., Nomor, Th ke… : hal……
c) Artikel dalam surat kabar
Penulis.
Tahun terbit.
“Judul
artikel”. Nama surat kabar, tanggal: hal….
d) Arsip/dokumen
Judul
arsip/dokumen, tahun. Keterangan/kode. Lokasi.
CONTOH:
a) Buku
Pengarang
tunggal
Tjandrasasmita,
Uka. 1967.
Sultan
Ageng Tirtajasa Musuh Besar Kompeni Belanda. Djakarta: Jajasan
Nusalarang.
Pengarang 2 orang
Kartodirdjo,
Sartono dan Suryo, Djoko. 1991.
Sejarah
Perkebunan di Indonesia; Kajian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Aditya
Media.
Pengarang lebih dari 2 orang
Ali,
Moh. et al. 1973.
Sejarah
Jawa Barat; Suatu Tanggapan. Bandung: Pemda Kabupaten/ DT II Bandung.
Karya terjemahan
Benda,
Harry J. 1980.
Bulan Sabit dan Matahari Terbit; Islam
Indonesia Pada Masa Pendudukan Jepang. Terjemahan Daniel Dhakidae. Jakarta:
Pustaka Jaya.
Karya 1 orang editor
Schrieke,
B. (ed.). 1954.
The Effect of Western Influence
on Native Civilizations in the Malay Archivelago.
Batavia: Kolff.
Karya
2 orang editor atau lebih
Booth, Anne et al. (eds.). 1988.
Sejarah Ekonomi Indonesia. Terjemahan
Mien Joebhar. Jakarta: LP3ES.
Karya/terbitan lembaga formal
Indonesia.
Arsip Nasional.
Memori
Serah Jabatan 1921-1930 (Jawa Barat). Jakarta: ANRI.
b) Artikel dalam majalah/jurnal
Wertheim,
W.F. 1951.
“De Stad in Indonesië”. Indonesië, Vol. V: 24-40.
c. Artikel dalam surat kabar
Hardjasaputra,
A. Sobana. 2010.
“Titimangsa Jawa Barat”, Pikiran
Rakyat, 24 Juli 2010: 32.
d. Arsip/Dokumen
“Besluit van den Gouverneur-General van
Nederlandsch-Indie van 16 Januari 1913
no. 64”, Tentang
pemerintahan Keresidenan Cirebon, dalam Staatsblad
1913 No. 130. Jakarta:
ANRI.
Atau:
Staatsblad 1913 No. 130.
Tentang pemerintahan Keresidenan
Cirebon. Jakarta:
ANRI.
Statistics Cheribon, 1817.
Arsip Bundel Cheribon, no. 2/2. Jakarta: ANRI.
e. Sumber
Lisan (Informan)
Suhari,
Ahmad (70 tahun)
Mantan
anggota Heiho Blitar. Wawancara. Bandung, 3 Mei 2010.
Catatan:
Format
pengetikan identitas sumber : indensi menggantung.
Seperti
ditunjukan oleh contoh, baris pertama uraian sumber adalah nama pengarang (dibalik) dan tahun terbit
sumber, dipisahkan oleh tanda baca titik.
Perhatikan
unsur yang harus dicetak miring (Italic)
dan penggunaan tanda baca.
Untuk
konsistensi, istilah et al. (singkatan dari et alii)
digunakan untuk meng- ganti dkk.
Jika sumber
yang digunakan adalah sumber tertulis dan sumber lisan (wawancara dengan
informan), maka judul yang digunakan adalah Daftar Sumber.
Bandung, 4 September
2004.
A.
Sobana Hardjasaputra
Sejarawan &
Pustakawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar